Posted by : Unknown Kamis, 23 Juli 2015

ROTE (MENGAJAR) DALAM KAMERA!

Suatu pagi yang dingin di Bandung, saya terbangun seperti hari-hari sebelumnya. Namun hari ini ada yang berbeda dari bangun pagi biasanya. Saya buka telepon genggam dan tertuju pada sosial media berlambang burung biru muda sedang berkicau. Yak tepat, Twitter! Dari linimasa saya ada satu kicauan yang membuat mata saya tertahan sekitar sepuluh detik dari salah satu akun fotografer senior kompas, yaitu @arbainrambey. Ia meretwit tentang info pendaftaran relawan fotografer dan videografer kegiatan Rote Mengajar. Singkatnya, saya diterima sebagai relawan fotografer di SDN Telunulu Kecamatan Rote Barat Laut!

Let the story begins!


Hari pertama saya tiba di Pelabuhan Ba’a, Rote. Ramai! Terasa sekali nuansa Bhinneka Tunggal Ika terbawa ke pulau paling selatan di Indonesia siang itu. Semangat para relawan beserta panitia membuat saya yakin, pilihan saya menjadi relawan fotografer adalah sebuah rencana Tuhan. Sore harinya, setelah kegiatan dari rumah dinas Bupati Rote Ndao para relawan dimobilisasi per masing-masing sekolah untuk acara penyambutan kecil. Pukul 17.18 WITA saya dan tiga relawan lain yaitu Mbak Imelda, Pak Kristom, dan Adit tiba di SDN Telunulu Kecamatan Rote Barat Laut. Upacara penyambutan berupa tarian daerah dari guru dan warga sekitar sekolah menghapus gerimis yang mengiringi kedatangan kami di SDN Telunulu sore itu. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju rumah hostfam yang disediakan, yaitu Ibu Hosahori Eumanafe. Di sini kami disambut dengan sangat ramah oleh beliau. Kami langsung dijamu seperti layaknya keluarga sendiri oleh beliau. Tak luput setelah jamuan makan malam dari Ibu Hosahori membuat kami semakin akrab untuk mempersiapkan kegiatan mengajar esok harinya.

Dihari kedua, saya bangun lebih pagi dari biasanya. Tak sabar ingin segera bertemu dengan anak-anak SDN Telunulu. Sebagai relawan fotografer, saya sudah mempersiapkan foto apa saja yang sekiranya akan saya buat di lapangan nanti. Karena proses mewujudkan imaji menjadi gambar dua dimensi adalah kenikmatan tersendiri bagi saya. Daaaaan, bum! Berikut dilampirkan beberapa imaji saya yang berhasil tertuang dalam foto.
Gambar 1 Adit Frans, relawan professional yang memperkenalkan profesi peselancar
Gambar 2 Imelda, sedang menyampaikan materi tentang hal-hal yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan
Gambar 3 Para siswa sedang menyelesaikan puzzle yang diberikan oleh relawan profesional
Gambar 4 I Got You!

Saat pengenalan kegiatan profesi berlangsung, saya cukup antusias mengabadikan gambar anak-anak dan para rekan relawan profesi yang menjabarkan keistimewaan masing-masing dari mereka. Namun disitu saya merasa tertantang untuk tidak hanya mengabadikan kegiatan pengenalan keprofesian, tetapi ikut serta menyampaikan profesi yang saya geluti. Saya yang masih berstatus sebagai mahasiswa Teknik Kelautan, lebih memilih menyampaikan keprofesian saya sebagai fotografer. Mengapa demikian? Karena saya yakin anak-anak SD akan lebih mengerti tentang profesi fotografer karena saya membawa alat langsung yaitu kamera dan beberapa lensa serta foto dan video hasil dokumentasi langsung di tempat. Prediksi saya benar. Anak-anak SD tersebut sangat antusias ketika saya menjelaskan mereka tentang profesi fotografer secara singkat. Nyatanya, fotografer adalah profesi baru bagi mereka.

Gambar 5 Foto bersama warga sekolah seusai kegiatan mengajar

Gambar 6 Gate to heaven
           Kegiatan mengajar ditutup dengan apel siang dan foto bersama para warga sekolah beserta relawan. Selanjutnya kami para relawan berencana menuju Pantai Nemberala sembari menunggu waktu parenting di sore harinya. Pantai Nemberala adalah salah satu objek wisata yang masih bersih dan tenang. Cukup ditempuh sekitar setengah jam dari SDN Telunulu untuk menikmati pantai yang indah ini.

Sore harinya kami kembali ke Desa Tolama untuk melanjutkan acara parenting. Kegiatan yang diselenggarakan di gereja ini bertujuan untuk melakukan tukar pikiran antara relawan dan guru serta orang tua. Parenting berlangsung selama dua setengah jam yang mana membahas apa saja tantangan dalam pendidikan di SDN Telunulu. Tantangan-tantangan tersebut antara lain masih minimnya daya dukung yang kuat dari keluarga akan pentingnya pendidikan. Sebagian besar anak-anak SDN Telunulu belum terbayang cita-cita apa yang nantinya akan mereka rengkuh. Tantangan lainnya adalah tradisi turun temurun yang mengutamakan kegiatan gengsi / senang-senang. Kegiatan ini tentunya menguras banyak materi dari setiap warga di Desa Tolama yang akhirnya menyebabkan anak putus sekolah karena keterbatasan biaya. Solusi yang ditawarkan oleh relawan adalah dengan mengutamakan pendidikan daripada tradisi turun temurun yang hanya memberikan kesenangan sejenak.

Keesokan harinya merupakan hari penutupan secara resmi acara Rote Mengajar. Acara tidak hanya berhenti disitu bagi saya dan beberapa relawan lainnya. Kami memilih untuk memperpanjang masa kunjungan di Rote. Mulanya tujuan awal kami adalah mengeksplor keindahan Pulau Rote. Di hari pertama masa perpanjangan, kami bersama Bapak Lanal TNI AL menyebrang ke Pulau Ndana melalui Pantai Oeseli. Pulau Ndana adalah pulau yang terletak di sebelah selatan Pulau Rote dan berbatasan langsung dengan Australia. Di pulau ini terdapat Markas TNI AL dan Marinir guna menjaga stabilitas keamanan perairan Indonesia. Berikut

Gambar 7 Beberapa relawan memilih berenang untuk mencapai tepi pantai Pulau Ndana ditampilkan beberapa keindahan Pulau Ndana dari lensa kamera saya.
Gambar 8 Check point Pulau Ndana
Gambar 9 Para relawan berfoto bersama dengan latar belakang patung Jenderal Soedirman
Gambar 10 Keindahan Pantai Bo’a 

Selanjutnya eksplorasi keindahan Pulau Rote kami tertuju pada Pantai Bo’a. Pantai yang terletak di sebelah barat Pulau Rote ini cukup sepi dan bersih. Gelombangnya yang cukup tinggi terkenal sampai telinga para peselancar internasional sehingga menarik mereka untuk berselancar di pantai ini. Usai menikmati indahnya Pantai Bo’a, perjalanan kami hari itu ditutup dengan objek wisata terakhir yaitu Mata Air Oemau. Mata air ini merupakan mata air tawar yang bisa diminum. Banyak truk air isi ulang mengambil air dari mata air ini. Mata Air Oemau juga menjadi tempat hiburan bagi anak-anak sekitarnya untuk bermain air sambil menutup senja.

Hari kedua masa perpanjangan, kami menetap di Kos Anggrek milik Bapak Melky. Bapak Melky memperbolehkan kami bertujuh menggunakan dua kamar kos miliknya. Hari itu adalah hari Minggu, dimana merupakan hari besar bagi sebagian masyarakat Rote untuk beribadah ke gereja. Kami bertujuh berencana melanjutkan kegiatan eksplorasi menuju objek wisata Mulut Seribu. Objek wisata Mulut Seribu yang terletak di Rote Timur Sering juga disebut ‘Raja Ampatnya Pulau Rote’ karena terdiri dari beberapa gugusan pulau kecil berpadu dengan air laut biru yang jika dilihat dari salah satu puncak sekilas mirip seperti objek wisata Raja Ampat di Papua. Selesai dari Mulut Seribu kami kembali ke arah alun-alun Ba’a untuk menikmati sajian ikan laut segar. Sajian ikan laut seperti cumi, ikan kakap merah, tuna, dan barakuda menjadi menu kami malam itu. Tidak lama setelah kami makan, Ibu Mimi salah satu pengajar muda menghubungi kami mengabarkan bahwa esok hari kami diminta mengajar salah satu SD di Kecamatan Rote Tengah. Mendengar kabar itu kami menyambutnya dengan antusias. Malam hari sebelum tidur kami mempersiapkan teklap mengajar esok hari. Kami sadar mengajar merupakan kebahagiaan tersendiri karena kami masih bisa berbagi tentang profesi kami kepada anak-anak SD yang lucu serta antusias.

Keesokan paginya, kami menunggu jemputan dari Kak Marcel selaku penanggung jawab Kecamatan Rote Tengah. Kak Marcel datang tepat pukul 08.30 WITA dan langsung membawa kami menuju SD-SMP Panamamen di Rote Tengah. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih satu setengah jam dikarenakan medan jalan yang tidak bersahabat untuk dilewati mobil. Sesampainya di SD-SMP Panamamen kami langsung melihat antusiasme adik-adik dari jauh untuk segera berinteraksi. Setelah briefing dan sambutan kecil dari pihak sekolah, kami langsung berbagi tugas untuk mengisi kelas sesuai teklap malam sebelumnya. Saya yang bertugas sebagai dokumentasi tunggal akhirnya ikut menjelaskan tentang profesi fotografer pada sesi terakhir, sesi bersama anak-anak SMP Panamamen. Bermodalkan kamera, lensa, serta dokumentasi foto dan video saya berhasil menjelaskan dengan singkat apa itu profesi fotografer. Usai sesi mengajar, seluruh perangkat sekolah beserta relawan berkumpul di tengah lapangan untuk bernyanyi dan menerbangkan pesawat cita-cita bersama. Yang terakhir, seluruh peserta di lapangan menyanyikan lagu wajib Indonesia Pusaka. Suasana saat itu sungguh khidmat, saya yang mengabadikan peristiwa tersebut dalam video pun menahan diri agar tidak mengeluarkan air mata. Sungguh menakjubkan bukan, di salah satu daerah terpencil Indonesia saya bisa.
Gambar 11 Ibu Siti sebagai guru Bahasa Inggris menjelaskan materi dengan bernyanyi
Gambar 12 Ibu Erni dan Rendy menampilkan video tentang tugas pokok Direktorat Jenderal Bea Cukai 
Gambar 13 Ibu Galih dan Bang Bob berinteraksi dengan siswa SMP saat penyampaian materi
Gambar 14 Suasana games di lapangan SD-SMP Panamamen

Hari keempat perpanjangan di Rote kami memutuskan untuk pindah rumah hostfam ke daerah Kecamatan Rote Barat Laut. Hal ini dikarenakan hari sebelumnya kami bertemu salah satu guru SD dari Kecamatan Rote Barat Laut yang menawarkan kami untuk mengajar. Tentu saja tawaran itu kami terima dengan senang hati. Setelah berpamitan dengan Bapak Melky, kami segera beranjak menuju rumah hostfam selanjutnya. Rumah Kak Petson, ketua acara Rote Mengajar menjadi tujuan kami selanjutnya. Di rumah Kak Petson kami berhenti sejenak untuk menurunkan barang sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah di perjalanan kami baru dikabari bahwa kelas mengajar di Rote Barat Laut ditiadakan hari ini karena suatu alasan. Tak hilang arah, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju objek wisata Mando’o atau yang lebih dikenal dengan objek wisata Tangga Tiga Ratus. Dari puncak Mando’o, kabarnya lampu-lampu perkotaan di Australia bisa terlihat dari sini pada malam hari.
Gambar 16 Pemandangan pantai dari atas tebing di depan markas Lanal TNI AL
Gambar 15 Pemandangan dari puncak Mando’o
Gambar 17 Siluet para relawan berlatar matahari terbenam
Gambar 18 Berfoto bersama Adit seusai jamuan makan malam

Puas menikmati keindahan Rote dari puncak kami melanjutkan perjalanan menuju markas Lanal TNI AL. Menurut salah satu relawan yang pernah kesana sebelumnya, di depan markas Lanal TNI AL terdapat pantai yang sangat indah dinikmati saat matahari terbenam. Benar saja, sesampainya di TNI AL saya segera berlari menuju pantai yang telah disebutkan. Dan saya kembali dibuat bersyukur sambil berucap dalam hati ‘Tuhan menciptakan keindahan alam Rote sambil tersenyum’. Kami menghabiskan saat-saat matahari terbenam di pinggir tebing sampai adzan maghrib menjelang. Perjalanan kami berikutnya tertuju pada Anugerah Dive & Resort di Pantai Nemberala milik Pak Frans dan Adit. Kami disambut hangat oleh mereka dengan jamuan makan malam sebelum kami melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah Kak Petson.


Keesokan harinya, kami memutuskan untuk meninggalkan Rote dan kembali ke Kupang. Kami diantar menuju Pelabuhan Ba’a oleh Kak Petson pada pukul 09.30 WITA. Sesampainya di Pelabuhan Ba’a kami menunggu kedatangan kapal sampai jam 11.00. Disela-sela menunggu kapal datang, ternyata kabar kepulangan kami kembali ke Kupang terdengar oleh para relawan asli Rote dan Pengajar Muda yang ada di Rote. Kak Marcel, Ibu Siti, dan Pak Andi dari Lanal TNI AL menyempatkan waktu untuk menemui kami di Pelabuhan Ba’a. Kami melakukan foto bersama sebelum akhirnya menuju kapal untuk meninggalkan Rote.

Sekian catatan perjalanan singkat saya selama berada di Pulau Rote. Pulau ini banyak mengajarkan saya tentang berbagai aspek khususnya dunia pendidikan. Betapa saya harus banyak bersyukur memiliki kesempatan untuk meraih pendidikan tinggi dan memiliki tanggung jawab yang besar untuk ikut membangun pendidikan di daerah yang massih tertinggal. Sampai jumpa lagi Rote, diwaktu yang berbeda dengan orang-orang hebat lainnya. 

"Bahwasanya ada kesenjangan pendidikan dan keindahan alam tersendiri di bumi Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur"





Author :   Radityo Wahyu Utomo,
Belajar fotografi secara otodidak sejak 2008. fotografi membawanya untuk mengelilingi tempat-tempat indah di Indonesia. Saat ini, selain berkonsentrasi menempuh pendidikan S2, ia juga mengerjakan proyek foto diJakarta. Disela-sela kegiatannya selalu menyempatkan diri untuk traveling dan mengekplorasi wilayah yang dikunjunginya.




Berani Traveling, Berani Education, Berani Sharing Dalam Mencari Makna Perjalananmu! Ikuti travel blog TES NUSANTARA KU di social media : Instagram @tesnusantaraTwitter @bungbob & like Facebook tes nusantara.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

About

Instagram

Popular Post

statistics

Comment

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

- Copyright © TES NUSANTARA -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -