Menikmati Keindahan Alam, Surga yang Tersembunyi di Pulau Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur

SODA MOLEK SOA NEW ITA BASA
Damai Sejahtera Untuk Kita Semua


Rote sudah sejak lama terkenal dengan alat musik Sasando yang memiliki keunikan tersendiri dengan petikan nada yang merdu. Alat musik ini pernah mendapat tempat khusus di Indonesia, ketika menjadi gambar mata uang pecahan Rp 5.000.

Sebenarnya, bukan cuma Sasando karena daerah ini juga memiliki topi sobrero atau mirip topi koboi yang dikenal dengan topi Ti'i Langga. Tentu juga tidak boleh dilupakan pohon lontar, yang nyaris tidak ada bagian yang terbuang, mulai dari batang, daun, pucuk, sampai nira. Belum lagi varian dari nira yang bisa menjadi gula, tuak sampai minuman beralkohol. Begitu juga keramahan dan keunikan masyarakat Rote Ndao

Ketika tiba di Ba'a, ada pilihan, boleh ke arah timur maupun barat. Mari ke arah Timur terlebih dahulu. Menyusuri arah timur Pulau Rote pada musim kemarau hanya memperlihatkan rerumputan kering di perbukitan. Tidak berbeda dengan daerah lain di NTT, tapi Rote memiliki kekhasan dengan pohon lontar.
Gersangnya Pulau Rote pun Mempunyai Keindahan Tersendiri (take photo by Rendy)


Mulut Seribu

Awal naik untuk menjelajah Mulut Seribu
Ekplore Mulut Seribu 

Mulut Seribu merupakan sebuah teluk di ujung timur Pulau Rote. Menyusuri sela-sela pulau kecil atau karang ini menawarkan keunikan tersendiri. Sampan menyusuri selat-selat kecil dengan tebing batu karang hasil ukir dan pahatan alam. Sekilas mirip sungai yang meliuk-liuk di antara bebatuan cadas.
Hamparan pulau karang kecil sekilas tidak berbeda jauh dengan Kepulauan Raja Ampat. Namun, keindahan laut yang membedakan karena terumbu karang tidak mendapat perhatian yang cukup di kawasan ini, kalau tidak mau dibilang diabaikan begitu saja. Wilayah ini sebenarnya hanya menunggu waktu untuk menjadi primadona. Kita dapat diantar oleh pengemudi kapal menuju desa yang masih berada di dalam kecamatan Daiama, dimana di desa itu hanya ada 11 KK dan jika diperkenankan kita akan di ajak oleh ketua dusun / kepala suku untuk menuju kebelakang desanya yang terdapat Laut Mati. Ya laut mati ada juga didusun ini. Laut Mati ini sebenarnya merupakan danau berair asin meski kadar garamnya tidak seperti air laut. Air danau tidak seasin air laut. Beberapa jenis ikan air tawar justru bisa hidup di danau ini. “Kalau mau cari Laut  Mati jangan jauh-jauh ke Timur Tengah”. Ujar Stefanus Meisa, kepala suku desa Daiama dusun 1 Rw 1.


Pantai Baru

Pelabuhan Pantai Baru
Beginilah Saya yang Aslinya Urakan
Dari Rote Timur kita akan menuju ke rote tengah. Dimana  Jalan di rote tengah sudah agak mendingan atau mulus. Perjalanan akan melewati pantai baru dimana pantai baru ini adalah Pelabuhan Ferry yang merupakan pelabuhan penyemberangan utama yang melayani mobilisasi orang dan barang dari Rote ke Kupang dengan frekuensi pelayaran setiap hari. Jarak penyeberangan yang relative pendek (kurang lebih 4 jam) menjadikan sarana transportasi ini menjadi penunjang ekonomi yang penting.


Pantai Sosadale

Masyarakat Nelayan Rote Tengah Bersama-sama Menjaring Ikan
Bermain sambil menunggu Sunset
Kurang lebih 1km dari tepi jalan kita akan menemukan pantai Sosadale. Dipantai ini kita dapat menyaksikan nelayan rote tengah yang sedang menjaring ikan dengan pukat. Begitu juga pasir yang halus dan keramahan nelayan menyajikan suatu daya tarik bagi pelancong.


Batu Termanu

Pantai Termanu (take photo by Rendy)
Batu Termanu (take photo by Rendy)
Batu Termanu merupakan dua buah bukit batu yang berada di sebuah tanjung dan di lepas pantai tak jauh dari tanjung tersebut. Dua batu unik dan sebagai icon Pulau Rote Ndao ini terletak di Desa Onatali, Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao. Kedua batu tersebut mempunyai nama, yaitu Batu Suelai yang ukurannya lebih besar dan masih berada di daratan Pulau Rote, serta Batu Hun yang lebih kecil dan berada di lepas pantai. Menurut masyarakat setempat, Batu Suelai diyakini berjenis kelamin pria sedangkan Batu Hun berjenis kelamin wanita. Pada saat-saat tertentu, kedua batu ini bisa bergerak sendiri. Batu Termanu diyakini berasal dari kepulauan di Maluku, yang dapat berpindah-pindah sampai menetap di tempatnya sekarang ini. Mereka menganggap kedua batu ini sebagai batu keramat di mana saat Rote mengalami kemarau panjang, maka melalui Mane Leo (tokoh adat/kepala suku) sebagai pemimpin dari rumpun keluarga “Suelai Hun” melakukan upacara adat di kaki batu untuk memohon turunnya hujan.


Pelabuhan Ba’a

Pelabuhan Ba'a Rote Ndao
Pelabuhan Ba’a adalah pusat ibukota kabupaten Rote Ndao. Jika kita dari kupang menuju rote menggunakan kapal cepat, kita akan turun di pelabuhan Ba’a. Disini kita bisa melihat pantai dengan air yang jernih dan pohon-pohon bakau menghiasi sekeliling pantai dan melihat dermaga suasana pantai dengan pasir putih, pertokoan serta rumah penduduk menghiasi kota Ba’a.


Bukit Mando’o

Pemandangan Dari atas Bukit Mondo'o (take photo by Radityo w.o)
Nikmatilah Alam Semesta Ini dengan Rasa Penuh Hikmat
Bukit Mando’o adalah sebuah objek wisata kebanggaan Suku Lole yang cukup terkenal di Pulau Rote. Di puncak Bukit Mando’o kita dapat melihat pesona kawasan pantai di Desa Kuli yang eksotis. Hamparan laut yang bernuansa biru dan hijau menyatu dengan hutan bakau yang rimbun. Di arah utara kita juga dapat melihat perbukitan yang diselimuti oleh hutan. Untuk menuju puncak bukit ini kita harus melewati anak tangga yang jumlahnya 300 lebih. Inilah yang menyebabkan Bukit Mando’o lebih dikenal dengan Tangga 300.



Markas Pangkalan Angkatan Laut (LANAL)

Menikmati Rasa Syukur
Menunggu Sunset
Markas Lanal TNI AL tidak bisa diakses oleh sembarangan orang. Dibalik formalnya kegiatan TNI AL, tersembunyi salah satu pantai indah yang diapit oleh bukit-bukit. Menikmati matahari terbenam dari atas bukit sembari tersenyum, membuat siapa saja pasti akan bersyukur terlahir sebagai Warga Negara Indonesia.


Pantai Oeseli

Bagusan Photo dari belakang yak!!!
Pantai yang menjadi jalur akses menuju pulau Ndana ini seperti gerbang pintu masuk dari selatan pulau rote. Air yang tenang nan berwarna hijau dan biru membuat hatipun akan selalu tenang dan tentram. 


Pulau Ndana 

Masih berada di Atap Merah Putih ini
Patung Jenderal Soedirman yang Selalu Menjaga Perbatan NKRI ini
Pulau ndana terletak di ujung paling selatan Indonesia. Pulau ini berbatasan dengan negara Australia yang dipisahkan oleh samudera hindia. Pulau ini memang belum didiami, tetapi memiliki sumber daya alam yang potensial, sehingga di sana ditempatkan personel TNI angkatan laut. Tahun 2010 pemerintah melengkapinya dengan pembangunan patung Jenderal Sudirman yang dibangun di atas taman seluas 1 hektare. Dengan adanya Patung Sudirman ditengah-tengah pulau Ndana, memberikan bukti bahwa tidak akan ada klaim dari pihak manapun untuk merebut pulau itu dari NKRI.


Pantai Nembrala
Keindahan Pantai Nembrala (take photo by Radityo w.o)

Pantai Nembrala terkenal dengan ombaknya, banyak perselancar berkunjung ke pantai ini untuk menantang ombak dari pantai nembrala. Ombak di pantai ini berskala internasional, oleh karena itu banyak wisatawan asing berkunjung ke pantai ini. Pantai ini masih belum terlalu ramai, hanya beberapa kunjungan di akhir pekan dan libur panjang. Pantai ini semakin dikembangkan untuk keperluan wisata, banyak fasilitas yang sekarang di sediakan, seperti beberapa pilihan penginapan yang bisa digunakan oleh pengunjung, dengan berbagai tarif. Mulai dari hotel hingga homestay. Meskipun sarana yang sedikit terbatas, namun Pantai Nembrala, Nusa Tenggara Timur layak diacungi jempol oleh para pengunjungnya termasuk anda tepatnya.



TRANSPORTASI
Pulau Rote dapat dijangkau dengan mudah dari Kota Kupang. Transportasi laut dari kupang ke Rote cukup lancar, baik menggunakan kapal feri ASDP “lambat” maupun kapal feri cepat. Kapal feri beroperasi pagi hari. Dan Transportasi dari airport El-tari ke rote juga sudah disediakan dengan menggunakan pesawat kecil.

Kupang-Rote membutuhkan waktu sekitar empat jam kalau menggunakan kapal feri ASDP, sedangkan kapal cepat “express bahari” membutuhkan waktu sekitar dua jam. Kalau menggunakan kapal feri cepat, akan merapat di Dermaga Ba'a, ibu kota Kabupaten Rote Ndao, sedangkan kapal feri ASDP merapat di Dermaga Pantai Baru.

Transportasi di Pulau Rote dapat menyewa sepeda motor atau pun mobil dengan menanyakan kepada penduduk setempat. 
Jangan Takut Untuk Bertanya kepada penduduk setempat
GPS (gunakan Penduduk Setempat) untuk mencari informasi lokasi-lokasi yang ingin di singgahi, karna jika menggunakan GPS satelit sangat sulit, karena kejangkauan sinyal yang masih sulit sekali,




Author : Edvan Zakaria S.Pd
Seorang lulusan sarjana pendidikan yang ingin sekali mengabdikan ilmunya di mana saja dengan semangat berbagi dan menyebarkan semangat positif untuk orang-orang di sekitarnya. Memulai perjalanannya meninggalkan hiruk-pikuk ibukota yang sudah membesarkannya selama ini, untuk berbagi. Tulisan ini dibuat untuk menginspirasi pemuda pemudi, karena bahwasanya pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan ini dan traveling adalah salah satu bentuk pembelajaran dari proses perjalanan ini dan dapat berbagi dengan siapun, dimana kita dapat berguna dan bermanfaat untuk banyak orang



Berani Traveling, Berani Education, Berani Sharing Dalam Mencari Makna Perjalananmu!Ikuti travel blog TES NUSANTARA KU di social media : Instagram @tesnusantaraTwitter @bungbob & like Facebook tes nusantara.
Kamis, 23 Juli 2015
Posted by Unknown

'Rote Mengajar Punya Cerita'.

ROTE (MENGAJAR) DALAM KAMERA!

Suatu pagi yang dingin di Bandung, saya terbangun seperti hari-hari sebelumnya. Namun hari ini ada yang berbeda dari bangun pagi biasanya. Saya buka telepon genggam dan tertuju pada sosial media berlambang burung biru muda sedang berkicau. Yak tepat, Twitter! Dari linimasa saya ada satu kicauan yang membuat mata saya tertahan sekitar sepuluh detik dari salah satu akun fotografer senior kompas, yaitu @arbainrambey. Ia meretwit tentang info pendaftaran relawan fotografer dan videografer kegiatan Rote Mengajar. Singkatnya, saya diterima sebagai relawan fotografer di SDN Telunulu Kecamatan Rote Barat Laut!

Let the story begins!


Hari pertama saya tiba di Pelabuhan Ba’a, Rote. Ramai! Terasa sekali nuansa Bhinneka Tunggal Ika terbawa ke pulau paling selatan di Indonesia siang itu. Semangat para relawan beserta panitia membuat saya yakin, pilihan saya menjadi relawan fotografer adalah sebuah rencana Tuhan. Sore harinya, setelah kegiatan dari rumah dinas Bupati Rote Ndao para relawan dimobilisasi per masing-masing sekolah untuk acara penyambutan kecil. Pukul 17.18 WITA saya dan tiga relawan lain yaitu Mbak Imelda, Pak Kristom, dan Adit tiba di SDN Telunulu Kecamatan Rote Barat Laut. Upacara penyambutan berupa tarian daerah dari guru dan warga sekitar sekolah menghapus gerimis yang mengiringi kedatangan kami di SDN Telunulu sore itu. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju rumah hostfam yang disediakan, yaitu Ibu Hosahori Eumanafe. Di sini kami disambut dengan sangat ramah oleh beliau. Kami langsung dijamu seperti layaknya keluarga sendiri oleh beliau. Tak luput setelah jamuan makan malam dari Ibu Hosahori membuat kami semakin akrab untuk mempersiapkan kegiatan mengajar esok harinya.

Dihari kedua, saya bangun lebih pagi dari biasanya. Tak sabar ingin segera bertemu dengan anak-anak SDN Telunulu. Sebagai relawan fotografer, saya sudah mempersiapkan foto apa saja yang sekiranya akan saya buat di lapangan nanti. Karena proses mewujudkan imaji menjadi gambar dua dimensi adalah kenikmatan tersendiri bagi saya. Daaaaan, bum! Berikut dilampirkan beberapa imaji saya yang berhasil tertuang dalam foto.
Gambar 1 Adit Frans, relawan professional yang memperkenalkan profesi peselancar
Gambar 2 Imelda, sedang menyampaikan materi tentang hal-hal yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan
Gambar 3 Para siswa sedang menyelesaikan puzzle yang diberikan oleh relawan profesional
Gambar 4 I Got You!

Saat pengenalan kegiatan profesi berlangsung, saya cukup antusias mengabadikan gambar anak-anak dan para rekan relawan profesi yang menjabarkan keistimewaan masing-masing dari mereka. Namun disitu saya merasa tertantang untuk tidak hanya mengabadikan kegiatan pengenalan keprofesian, tetapi ikut serta menyampaikan profesi yang saya geluti. Saya yang masih berstatus sebagai mahasiswa Teknik Kelautan, lebih memilih menyampaikan keprofesian saya sebagai fotografer. Mengapa demikian? Karena saya yakin anak-anak SD akan lebih mengerti tentang profesi fotografer karena saya membawa alat langsung yaitu kamera dan beberapa lensa serta foto dan video hasil dokumentasi langsung di tempat. Prediksi saya benar. Anak-anak SD tersebut sangat antusias ketika saya menjelaskan mereka tentang profesi fotografer secara singkat. Nyatanya, fotografer adalah profesi baru bagi mereka.

Gambar 5 Foto bersama warga sekolah seusai kegiatan mengajar

Gambar 6 Gate to heaven
           Kegiatan mengajar ditutup dengan apel siang dan foto bersama para warga sekolah beserta relawan. Selanjutnya kami para relawan berencana menuju Pantai Nemberala sembari menunggu waktu parenting di sore harinya. Pantai Nemberala adalah salah satu objek wisata yang masih bersih dan tenang. Cukup ditempuh sekitar setengah jam dari SDN Telunulu untuk menikmati pantai yang indah ini.

Sore harinya kami kembali ke Desa Tolama untuk melanjutkan acara parenting. Kegiatan yang diselenggarakan di gereja ini bertujuan untuk melakukan tukar pikiran antara relawan dan guru serta orang tua. Parenting berlangsung selama dua setengah jam yang mana membahas apa saja tantangan dalam pendidikan di SDN Telunulu. Tantangan-tantangan tersebut antara lain masih minimnya daya dukung yang kuat dari keluarga akan pentingnya pendidikan. Sebagian besar anak-anak SDN Telunulu belum terbayang cita-cita apa yang nantinya akan mereka rengkuh. Tantangan lainnya adalah tradisi turun temurun yang mengutamakan kegiatan gengsi / senang-senang. Kegiatan ini tentunya menguras banyak materi dari setiap warga di Desa Tolama yang akhirnya menyebabkan anak putus sekolah karena keterbatasan biaya. Solusi yang ditawarkan oleh relawan adalah dengan mengutamakan pendidikan daripada tradisi turun temurun yang hanya memberikan kesenangan sejenak.

Keesokan harinya merupakan hari penutupan secara resmi acara Rote Mengajar. Acara tidak hanya berhenti disitu bagi saya dan beberapa relawan lainnya. Kami memilih untuk memperpanjang masa kunjungan di Rote. Mulanya tujuan awal kami adalah mengeksplor keindahan Pulau Rote. Di hari pertama masa perpanjangan, kami bersama Bapak Lanal TNI AL menyebrang ke Pulau Ndana melalui Pantai Oeseli. Pulau Ndana adalah pulau yang terletak di sebelah selatan Pulau Rote dan berbatasan langsung dengan Australia. Di pulau ini terdapat Markas TNI AL dan Marinir guna menjaga stabilitas keamanan perairan Indonesia. Berikut

Gambar 7 Beberapa relawan memilih berenang untuk mencapai tepi pantai Pulau Ndana ditampilkan beberapa keindahan Pulau Ndana dari lensa kamera saya.
Gambar 8 Check point Pulau Ndana
Gambar 9 Para relawan berfoto bersama dengan latar belakang patung Jenderal Soedirman
Gambar 10 Keindahan Pantai Bo’a 

Selanjutnya eksplorasi keindahan Pulau Rote kami tertuju pada Pantai Bo’a. Pantai yang terletak di sebelah barat Pulau Rote ini cukup sepi dan bersih. Gelombangnya yang cukup tinggi terkenal sampai telinga para peselancar internasional sehingga menarik mereka untuk berselancar di pantai ini. Usai menikmati indahnya Pantai Bo’a, perjalanan kami hari itu ditutup dengan objek wisata terakhir yaitu Mata Air Oemau. Mata air ini merupakan mata air tawar yang bisa diminum. Banyak truk air isi ulang mengambil air dari mata air ini. Mata Air Oemau juga menjadi tempat hiburan bagi anak-anak sekitarnya untuk bermain air sambil menutup senja.

Hari kedua masa perpanjangan, kami menetap di Kos Anggrek milik Bapak Melky. Bapak Melky memperbolehkan kami bertujuh menggunakan dua kamar kos miliknya. Hari itu adalah hari Minggu, dimana merupakan hari besar bagi sebagian masyarakat Rote untuk beribadah ke gereja. Kami bertujuh berencana melanjutkan kegiatan eksplorasi menuju objek wisata Mulut Seribu. Objek wisata Mulut Seribu yang terletak di Rote Timur Sering juga disebut ‘Raja Ampatnya Pulau Rote’ karena terdiri dari beberapa gugusan pulau kecil berpadu dengan air laut biru yang jika dilihat dari salah satu puncak sekilas mirip seperti objek wisata Raja Ampat di Papua. Selesai dari Mulut Seribu kami kembali ke arah alun-alun Ba’a untuk menikmati sajian ikan laut segar. Sajian ikan laut seperti cumi, ikan kakap merah, tuna, dan barakuda menjadi menu kami malam itu. Tidak lama setelah kami makan, Ibu Mimi salah satu pengajar muda menghubungi kami mengabarkan bahwa esok hari kami diminta mengajar salah satu SD di Kecamatan Rote Tengah. Mendengar kabar itu kami menyambutnya dengan antusias. Malam hari sebelum tidur kami mempersiapkan teklap mengajar esok hari. Kami sadar mengajar merupakan kebahagiaan tersendiri karena kami masih bisa berbagi tentang profesi kami kepada anak-anak SD yang lucu serta antusias.

Keesokan paginya, kami menunggu jemputan dari Kak Marcel selaku penanggung jawab Kecamatan Rote Tengah. Kak Marcel datang tepat pukul 08.30 WITA dan langsung membawa kami menuju SD-SMP Panamamen di Rote Tengah. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih satu setengah jam dikarenakan medan jalan yang tidak bersahabat untuk dilewati mobil. Sesampainya di SD-SMP Panamamen kami langsung melihat antusiasme adik-adik dari jauh untuk segera berinteraksi. Setelah briefing dan sambutan kecil dari pihak sekolah, kami langsung berbagi tugas untuk mengisi kelas sesuai teklap malam sebelumnya. Saya yang bertugas sebagai dokumentasi tunggal akhirnya ikut menjelaskan tentang profesi fotografer pada sesi terakhir, sesi bersama anak-anak SMP Panamamen. Bermodalkan kamera, lensa, serta dokumentasi foto dan video saya berhasil menjelaskan dengan singkat apa itu profesi fotografer. Usai sesi mengajar, seluruh perangkat sekolah beserta relawan berkumpul di tengah lapangan untuk bernyanyi dan menerbangkan pesawat cita-cita bersama. Yang terakhir, seluruh peserta di lapangan menyanyikan lagu wajib Indonesia Pusaka. Suasana saat itu sungguh khidmat, saya yang mengabadikan peristiwa tersebut dalam video pun menahan diri agar tidak mengeluarkan air mata. Sungguh menakjubkan bukan, di salah satu daerah terpencil Indonesia saya bisa.
Gambar 11 Ibu Siti sebagai guru Bahasa Inggris menjelaskan materi dengan bernyanyi
Gambar 12 Ibu Erni dan Rendy menampilkan video tentang tugas pokok Direktorat Jenderal Bea Cukai 
Gambar 13 Ibu Galih dan Bang Bob berinteraksi dengan siswa SMP saat penyampaian materi
Gambar 14 Suasana games di lapangan SD-SMP Panamamen

Hari keempat perpanjangan di Rote kami memutuskan untuk pindah rumah hostfam ke daerah Kecamatan Rote Barat Laut. Hal ini dikarenakan hari sebelumnya kami bertemu salah satu guru SD dari Kecamatan Rote Barat Laut yang menawarkan kami untuk mengajar. Tentu saja tawaran itu kami terima dengan senang hati. Setelah berpamitan dengan Bapak Melky, kami segera beranjak menuju rumah hostfam selanjutnya. Rumah Kak Petson, ketua acara Rote Mengajar menjadi tujuan kami selanjutnya. Di rumah Kak Petson kami berhenti sejenak untuk menurunkan barang sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah di perjalanan kami baru dikabari bahwa kelas mengajar di Rote Barat Laut ditiadakan hari ini karena suatu alasan. Tak hilang arah, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju objek wisata Mando’o atau yang lebih dikenal dengan objek wisata Tangga Tiga Ratus. Dari puncak Mando’o, kabarnya lampu-lampu perkotaan di Australia bisa terlihat dari sini pada malam hari.
Gambar 16 Pemandangan pantai dari atas tebing di depan markas Lanal TNI AL
Gambar 15 Pemandangan dari puncak Mando’o
Gambar 17 Siluet para relawan berlatar matahari terbenam
Gambar 18 Berfoto bersama Adit seusai jamuan makan malam

Puas menikmati keindahan Rote dari puncak kami melanjutkan perjalanan menuju markas Lanal TNI AL. Menurut salah satu relawan yang pernah kesana sebelumnya, di depan markas Lanal TNI AL terdapat pantai yang sangat indah dinikmati saat matahari terbenam. Benar saja, sesampainya di TNI AL saya segera berlari menuju pantai yang telah disebutkan. Dan saya kembali dibuat bersyukur sambil berucap dalam hati ‘Tuhan menciptakan keindahan alam Rote sambil tersenyum’. Kami menghabiskan saat-saat matahari terbenam di pinggir tebing sampai adzan maghrib menjelang. Perjalanan kami berikutnya tertuju pada Anugerah Dive & Resort di Pantai Nemberala milik Pak Frans dan Adit. Kami disambut hangat oleh mereka dengan jamuan makan malam sebelum kami melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah Kak Petson.


Keesokan harinya, kami memutuskan untuk meninggalkan Rote dan kembali ke Kupang. Kami diantar menuju Pelabuhan Ba’a oleh Kak Petson pada pukul 09.30 WITA. Sesampainya di Pelabuhan Ba’a kami menunggu kedatangan kapal sampai jam 11.00. Disela-sela menunggu kapal datang, ternyata kabar kepulangan kami kembali ke Kupang terdengar oleh para relawan asli Rote dan Pengajar Muda yang ada di Rote. Kak Marcel, Ibu Siti, dan Pak Andi dari Lanal TNI AL menyempatkan waktu untuk menemui kami di Pelabuhan Ba’a. Kami melakukan foto bersama sebelum akhirnya menuju kapal untuk meninggalkan Rote.

Sekian catatan perjalanan singkat saya selama berada di Pulau Rote. Pulau ini banyak mengajarkan saya tentang berbagai aspek khususnya dunia pendidikan. Betapa saya harus banyak bersyukur memiliki kesempatan untuk meraih pendidikan tinggi dan memiliki tanggung jawab yang besar untuk ikut membangun pendidikan di daerah yang massih tertinggal. Sampai jumpa lagi Rote, diwaktu yang berbeda dengan orang-orang hebat lainnya. 

"Bahwasanya ada kesenjangan pendidikan dan keindahan alam tersendiri di bumi Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur"





Author :   Radityo Wahyu Utomo,
Belajar fotografi secara otodidak sejak 2008. fotografi membawanya untuk mengelilingi tempat-tempat indah di Indonesia. Saat ini, selain berkonsentrasi menempuh pendidikan S2, ia juga mengerjakan proyek foto diJakarta. Disela-sela kegiatannya selalu menyempatkan diri untuk traveling dan mengekplorasi wilayah yang dikunjunginya.




Berani Traveling, Berani Education, Berani Sharing Dalam Mencari Makna Perjalananmu! Ikuti travel blog TES NUSANTARA KU di social media : Instagram @tesnusantaraTwitter @bungbob & like Facebook tes nusantara.
Posted by Unknown

Berbagi Ke Pulau Rote Nusa Tenggara Timur Untuk Pertama Kali, Dan Saya Menemukan Keunikan Ini

Demam traveling benar-benar merasuki jiwa banyak orang beberapa tahun terakhir ini. Perbaikan infrastruktur dan mudahnya informasi membuat banyak orang mulai membuka mata untuk turun ke jalan, menenteng tas dan pergi jauh dari rumahnya menikmati alam dan suasana berbeda.


Meski begitu, masih banyak juga traveler yang masih menyimpan keraguan. Biasanya traveling bertujuan mengunjungi ke objek wisata yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan, tetapi tidak menutup kemungkinan traveling tidak hanya mendapatkan pemandangan yang indah, namun traveling juga dapat memberikan pelajaran dalam kehidupan, agar lebih mendapatkan makna arti kehidupan.


Pembelajaran dari Traveling

Selain untuk refreshing, traveling juga memiliki manfaat lain yaitu untuk menyalurkan hobi. Ada beberapa orang yang menjadikan traveling sebagai hobinya, karena traveling dianggap memiliki tantangan saat menuju tujuan.
Seorang traveler akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan mantap sebelum ia berangkat menuju tujuan. Seorang traveler akan berusaha menikmati perjalanannya atau bahkan persiapan sebelum perjalanannya. Dengan begitu, seorang traveler tidak merasakan jenuh selama perjalanan dan dapat menikmati tujuan traveling-nya.

Sekarang gw akan membahas tentang beberapa keunikan dari pulau ROTE NDAO.

Orang Rote selalu menjadi stereotype, bahkan dianalogikan sebagai 'musuh besar' dan lebih 'berbisa' dari pada ular. Jika ada pertanyaan, ketemu ular dan orang Rote di Hutan, siapa yang akan di'bunuh' terlebih dahulu?, semua akan menjawab orang Rote lebih dahulu. Itulah Pepatah yang sering muncul jika ingin pergi ke pulau rote, bahkan orang rote sendiri yang berkata seperti itu. Lupakan pelabelan negatif itu, orang Rote sebenarnya tidak seperti apa yang disangkakan orang. Penduduk paling selatan Indonesia ini memiliki kepribadian yang sopan, halus dan bersahabat. Anda mau bukti? Datang saja ke Pulau Rote.

Berikut ada beberapa keunikan sewaktu traveling di Pulau Rote Ndao yang saya temui.

1. Kantor Bupati Berbentuk Topi TI’ILANGGA Yang Menjadikan Ciri Khas Pulau Rote Ndao

Kantor BUPATI Rote Ndao
 Kepulauan Rote juga disebut Pulau Roti, merupakan wilayah paling selatan Indonesia. Pulau ini terkenal dengan kekhasan budidaya lontar dan topi adat Ti’i Langga. Rote berstatus sebagai kabupaten dengan nama Kabupaten Rote Ndao. Kantor Bupati Rote Ndao menjadi salah satu kantor dengan keunikan bentuknya. Kantor yang beratap dan berbentuk topi Ti’ilangga menjadikan khas dari daerah ini yaitu antenna tepat dibagian atas topi. Antena menyiratkan, kepemimpinan, kewibawaan, percaya diri dan keteladanan.

2. Keramahan Masyarakat Rote Ndao Terhadap Pendatang
Bersama Warga daimaa

Hmmmm, kalo ngomongin ‘keramahan’, memang NTT ramah banget dah. Dari awal datang dan tinggal, sampai detik-detik penjemputan kembali. Mereka bener-bener baiiiiiiiiik sekali. Dimulai dari Tumpangan mobil yang mengantar gw ke rumah jabatan bupati, penyambutan pihak sekolah, diantar kerumah untuk menginap, dan hampir semua rumah yang gw lewatin, pasti tuan rumahnya menyapa. Dan bukan sekedar menyapa, tapi gw juga disuru mampir. Sapaan khas mereka adalah, “Mari pak, singgah minum tuak“. (‘Tuak’ adalah hasil olahan dari air gula yang disadap dari pohon lontar). Hingga kesederhanaan dan toleransi beragama mereka untuk menyiapkan makanan untuk kita. Mereka pasti akan menanyakan agama kita dulu dan meminta agar kita untuk memotong ayam secara agama kita..(sekitar 5 ayam yang udah gw potong) amazing kan?

3.  Malunya Adik-Adik Terhadap Pendatang Baru

Malunya Adik-adik
Berawal dari duduk di depan rumah dipagi hari dan melihat adik-adik berjalan menenteng drigen air untuk keperluan sekolah seperti bak di wc dan tanaman sekolah, mereka seperti aneh melihat orang baru, akan tetapi keramahan saling menyapa sudah ditanam sejak kecil. Saya pun tercengan sewaktu mereka lewat dihadapan dengan sapaan Selamat Pagi. Jarang sekali saya mendapatkan sapaan seperti ini di tempat tinggal saya, palingan yang gw temui di jakarta lebih baik memutar jalan atau menunduk sewaktu lewat orang lain. (bener gk ya? Maaf kalo salah!!)

Begitu pun sewaktu gw jalan-jalan keliling rote, rata2 mereka malu dan takut bahkan baru mau lewatin mereka, tiba2 mereka lari dan mengintip dari pohon ataupun jendela rumahnya. Tapi tidak lama ketakutan mereka hilang, setelah kita memanggil adik-adik untuk berkumpul. Mereka dengan malu2 datang menghampiri gw dan melihat aneh barang yang gw gunakan seperti smartphone untuk merekam mereka.


4. Topi TI'I LANGGA Yang Terbuat Dari Daun Lontar

Cinderamata topi Ti'i Langga dari mantan wakil bupati Rote Ndao
Ti'i Langga adalah topi tradisional orang Rote. Topi yang konon ceritanya mirip seperti sombrero di Meksiko adalah pelengkap busana tradisional kaum laki-laki. Topi ini dipakai saat acara-acara budaya ataupun momen-momen lainnya. Ciri khas topi ini adalah adanya 'antena' tepat di bagian atas topi tersebut. Model topinya pun unik dan beraneka ragam dan biasanya sesuai dengan selera pembuatnya. Bahan dasar Ti'i Langga adalah daun lontar yang sudah dikeringkan. Keunikan dan memiliki nilai eksotik menjadi cindera mata pilihan bagi para pelancong. Ciri khas lainnya, Ti'i Langga menjadi hiasan dinding orang Rote.Topi kebanggaan orang Rote ini memiliki filosofi tersendiri dan melekat erat dalam kepribadian orang Rote. Jiwa kepemimpinan, kewibawaan, percaya diri, menjadi contoh atau teladan terkandung dalam Ti'i Langga tersebut.

5. SASANDO Alat Musik Yang Menghasilkan Kombinasi Suara Dari 3 Alat Musik, Yaitu Piano, Harpa dan Gitar Plastik.


Alat musik sando sudah menjadi kebanggan bagi masyarakat Pulau Rote dan NTT. Memainkan alat musik ini sangat berbeda dengan alat musik lainnya. selain itu, dibutuhkan ketrampilan khusus dan latihan yang ulet untuk memainkan alat musik sasando.

Bersama Ta'e Sasanu
Alat musik sasando terbuat dari beberapa bagian-bagian pohon lontar dan bambu. Sedangkan dawainya terbuat dari kawat halus seperti senar string.. Pada zaman dulu, hanya terdapat sedikit orang di NTT yang dapat memainkan alat musik sasando. Hal tersebut dikarenakan, Ta'e sasanu atau orang yang memainkan sasando harus menjalani ritual dan proses khusus. Kini, hampir setiap masyarakat di NTT dapat memainkan sasando.

Sasando sudah ada dan dimainkan sejak puluhan tahun lalu. Keunikan sasando adalah dapat menghasilkan kombinasi suara dari 3 alat musik, yaitu piano, harpa dan gitar plastis. Sasando juga merupakan alat musik yang memiliki kesatuan rhytm, melodi, dan bass. Jadi walaupun alat musik tradisional, sasando memiliki sifat yang universal. Memainkan sasando dapat dengan cara petik pada dawai yang terbuat dari kawat halus.

6. Depok Lebih Ramai Daripada Pulau Rote, Saking Sepinya Takut Jalan Malam

Jalur Masuk Kepelosok Rote Tengah
Sekarang2 Depok telah menjadi guyonan para NETIZEN. Depok telah tercemari oleh kriminalitas yang dimanfaatkan oknum-oknum tertentu, seperti begal Motor hingga modus baru yakni pepet, remas, kabur sampai diperkosa pula. Padahal orang – orang Depok patut berbangga karena Depok beberapa kali jauh lebih ramai dari Pulau Rote Ndao. Iya Rote adalah pulau yang enggak terlalu ramai, tetapi tertib dan rapi. (karena sepi kali yakkkk?)

Sepanjang perjalanan dari pelabuhan Pantai Baru menuju rumah jabatan bupati saya tidak melihat adanya kemacetan dan lancar walau hanya jalannya yang kecil dan rusak. Menariknya, jika sudah malam pukul 20.00wita warung pun jarang ada yang buka. Dan itu memang benar adanya. Ketika saya iseng keluar jalan kaki dari setelah jam 9 malam, suasananya begitu sepi dan tenang.


7. Lebih Diutamakan Keselamatan Pengendara, Hingga Adanya Plang Hati-Hati Banyak Hewan Ternak yang Bergambar Sapi.

Plang hati-hati banyak Sapi
Biasanya di kota-kota besar kita akan lebih sering melihat plang-plang seperti dilarang berhenti dan dilarang parkir. Tapi berbeda di pulau Rote dimana jarang sekali ada plang itu, yang ada juga palng bergambar sapi yang mengartikan hati-hati banyak sapi keliaran. Selain plang tersebut jika jalan malam kita kudu selalu membuka lebar-lebar mata kita agar tidak menabrak hewan-hewan yang berkeliaran.


8. Dilarang Untuk Membuat Tenda atau Bivak Dipinggir Pantai ataupun Dipulau Rote
Gimana gk mau masang tenda klo pemandangan malamnya kaya begini dari jam 7

Layaknya seorang traveler yang biasa melakukan perjalanan dan sudah mempersiapkan perlengkapan seperti tenda atau bivak pasti akan merasa senang jika melihat alam yang indah ditepi pantai atau perbukitan pulau rote, karena bagi mereka membuat tempat istirahat di outdoor adalah salah satu bentuk menyatunya dengan alam.
Berbeda persepsi orang Rote yang melarang melakukan kegiatan itu, karena bagi mereka siapun orang yang datang dari pulau lain sudah dianggap sebagai musafir, dan wajib baginya untuk memberikan tempat untuk beristirahat dan makan.


Nah dari keunikan itulah kita dapat pembelajaran yang sangat berharga. Keunikan masyarakat Rote Ndao memang gw kasih jempol dahhhh… Niat yang pada awalnya itu berbagi disana, tapi malah gw yang mendapatkan banyak pembelajaran akan arti hidup kita ini.


"Memenuhi tugas kita untuk belajar sebanyak mungkin akan memungkinkan kita untuk memberikan kontribusi kepada dunia di sekitar kita. Hidup itu adalah proses pembelajaran untuk perbaikan diri. Apapun kejadian yang loe alami hari ini, dan dengan siapun kamu bertemu dengan orang, maka jadikanlah itu sebagai pembelajaran yang berharga dalam hidup loe"





Author : Edvan Zakaria S.Pd
Seorang lulusan sarjana pendidikan yang ingin sekali mengabdikan ilmunya di mana saja dengan semangat berbagi dan menyebarkan semangat positif untuk orang-orang di sekitarnya. Memulai perjalanannya meninggalkan hiruk-pikuk ibukota yang sudah membesarkannya selama ini, untuk berbagi. Tulisan ini dibuat untuk menginspirasi pemuda pemudi, karena bahwasanya pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan ini dan traveling adalah salah satu bentuk pembelajaran dari proses perjalanan ini dan dapat berbagi dengan siapun, dimana kita dapat berguna dan bermanfaat untuk banyak orang



Berani Traveling, Berani Education, Berani Sharing Dalam Mencari Makna Perjalananmu! Ikuti travel blog TES NUSANTARA KU di social media : Instagram @tesnusantara, Twitter @bungbob & like Facebook tes nusantara.

About

Instagram

Popular Post

statistics

Comment

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

- Copyright © TES NUSANTARA -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -